Disunting gadis dari Betawi,
Assalamu Alaikum pegiat literasi,
Salam jumpa dengan Bu ewi
Setelah menyapa dengan pantun, dan membuka acara beliau memperkenalkan diri kepada para peserta. Ternyata beliau adalah alumni KBMN angkatan 20. Bersama pak Dail dan Jeng Raliyanti.
Semoga malam ini menjadi malam yang menginspirasi untuk memotivasi diri mewujudkan mimpi menjadi penulis sejati. Bagi pemikir, buah fikirnya hanya akan bersemayam dalam fikiran jika tak diucapkan dan ditulis. Bagi pembicara, pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak dituliskana. Bagi penulis ,tulisannya akan tersimpan dalam catatan jika tak dipublikasikan. Bagi penulis media, tulisnnya akan tertimpa materi tulisan lain jika tak dibukukana. Maka, ucapkan dan tuliskan yang ada dalam fikiran.
Publikasikan dan bukukan apa yang sudah ditulis, agar banyak orang dapat membacanya.
Abadi dalam bentuk kumpulan buah fikiran yang tertulis dan tersusun rapi dalam sebuah buku.
Bagaimana caranya?
Sahabat pegiat literasi sekarang sudah berada di tempat yang tepat 👍 Seperti biasa kuliah online kita akan terbagi menjadi 4 sessi pada pukul 19.00 - 21.00
Pembukaan
Paparan materi
Tanya jawab
Penutup
Untuk mengenal seseorang lebih jauh, bisa kita kenali lewat tulisannya. Saya kirimkan salah satu tulisan di blog beliau. Tulisan yang renyah namun sarat makna.
https://blogsusanto.com/kalimatmu-kepanjangan
Pernah membaca tulisan yang salah ejaan dan typo pengetikan ?
Bagaimana rasanya?
Jika kita di posisi penulisnya , apa yang harus dilakukan sebelum tulisan dipublish?Judul.materi malam ini adalah
"Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan"
Apa itu proofreading?
Malam yang sejuk ini kita akan menyimak materi yang akan disampaikan oleh Pak Susanto S.Pd. atau yang biasa disapa Pakde Sus
Narasumber menanyakan kepada para peserta apakah sudah pernah mendapat materi tentang proofreading sebelumnya, apalagi para alumni yang merasa belum puas ikut pada gelombang sebelumnya, dan masih betah untuk terus belajar. Kita semua adalah pembelajar.
Jika ingin mengetahui *apa, mengapa, bagaimana* proofreading, saya mengambil satu di antara resume yang saya dokumentasikan.
https://ahmadfatch.blogspot.com/2022/09/belajar-cara-menulis-pgri-gelombang-ke_19.html?m=0
Simpan dan baca dulu, ambil inti sarinya agar terhindar dari *saltem* salin tempel.
Jika *"teori"* melalui resume pak Fatch sudah kita ketahui, lalu tiba saatnya kita praktik.
Setelah tulisan 'jadi' langkah selanjutnya adalah melakukan swasunting atau padanannya barangkali *self editing*, ya?
Alat yang digunakan untuk membantu kita melakukan proofreading, tentu saja KBBI dan PUEBI yang sejak 16 Agustus 2022 diganti dengan EYD
Ketetapan itu merujuk pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Perubahan *kaidah, yaitu pengkhususan penulisan bentuk terikat maha- untuk kata yang berkaitan dengan Tuhan*.
Pada ejaan sebelumnya, aturan penulisan *kata terikat maha-* ada yang dipisah dan digabung sesuai syarat dan ketentuannya.
Sementara *pada EYD edisi V, aturan penulisan kata terikat maha- dengan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, semua ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan*.
Contohnya: *Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Pengampun*. Aturan penggunaan tanda baca, sepertinya tidak ada perubahan.
Ada pertanyaan dari salah satu peserta Yaitu bernama Candra dari Jakarta: "Apakah penulis penulis dulu itu memakai proofreading dalam membuat tulisanya , bagaimana kita yg mempuyai keterbatasan dalam hal sarana prasarana untuk Aplikasi yg pak Sus paparkan?
Kemudian jawaban dari narasumber seperti ini, "Jangan dikira peneulis-penulis dahulu tidak melakukan proofreading. Naskah proklamasi juga ada coretannya, tanda dilakukan uji baca atau yang disebut dengan proofreading."
*Berbaris-baris dahulu,*
*memanjat dinding kemudian,*
*nulis-nulis saja dahulu,*
*lakukan proofreading belakangan*.
Dan kesimpulan dari pertemuan KBMN PGRI ke 12 malam ini adalah pentingnya melakukan proses proofreading dalam menulis buku. Karena kita tidak bisa memastikan dan menjamin bahwa tulisan kita akan menjadi 100% seratus persen sempurna. Melalui proses proofreading kita bisa meminimalisir kesalahan ejaan atau kesalahan penulisan yang tidak sengaja. Intinya adalah tiada gading yang tak retak. Jangan malas untuk belajar dan mencoba untuk selalu memperbaiki diri.
Tambun Selatan, 3 Februari 2023