Postingan

Mengapa Tanggal 2 Mei? Dan mengapa Ki Hadjar Dewantara?

 

Adakah yang Tahu? Mengapa Tanggal 2 Mei? Dan mengapa Ki Hadjar Dewantara?


Oleh: Ari Susanah 


Judul yang merupakan dua buah pertanyaan di atas mungkin sebagian besar orang telah mengetahui dan bisa menjawabnya. 


"Mengapa tanggal 2 Mei?"


 Jawabannya adalah karena tanggal tersebut merupakan hari lahir dari tokoh besar pendidikan yaitu Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Tentu saja hal ini dikarenakan jasa jasa pemikiran beliau tentang pendidikan di negeri ini. 


Namun untuk pertanyaan yang kedua, mengapa Ki Hajar Dewantara yang harus menjadi icon atau tokoh pendidikan yang hari lahirnya menjadi Hari Pendidikan Nasional? Hal ini tentulah tidak semua orang tahu. Bahkan saya sendiri pun hanya mengetahui bahwa beliau pernah berjasa sebagai menteri Pendidikan. Yang semboyannya menjadi simbol pendidikan nasional yaitu Tut Wuri Handayani. 


Selebihnya, tiga semboyan beliau ing Ngarso Sung Tulodo, Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani pasti lebih banyak yang tahu hanya dari kalangan insan pendidikan. 


Tidak banyak yang tahu tentang filosofi pemikiran besar Ki Hadjar Dewantara dalam menentukan arah pendidikan di negeri ini. Apalagi generasi masa sekarang ini. Bahkan saya pun hanya mengenal beliau dari semboyannya. Dan sedikit sekali tentang pemikiran beliau yang teringat hanya sekilas ada dalam mata perkuliahan. Ketika dulu saya menempuh pendidikan.


Jujur setelah menempuh Pendidikan Guru Penggerak (PGP) saat ini, saya baru mendalami filosofi dan pemikiran besar beliau. Betapa sungguh tercengang dan merasa begitu terlambat ketika memahami dan mendalami pemikiran beliau. Saya yang sudah belasan tahun mengajar baru tahu sekilas saja tentang semboyan beliau. Ing Ngarso Sung tulodo, yang artinya di depan memberikan teladan atau contoh yang baik. Ing Madya Mangun Karso, yang artinya di tengah memberi inisiasi atau prakarsa. Dan Tut Wuri Handayani yang artinya di belakang memberikan motivasi atau dorongan.


Tidak! Bukan hanya itu saja sebenarnya. Tidak sebatas hanya semboyan itu saja ternyata. Karena ternyata masih banyak lagi filosofi pemikiran dan kata-kata mutiara beliau yang belum sepenuhnya kita ketahui.


Dalam pemikiran besarnya beliau memberikan pengertian bahwa pendidikan hendaknya mampu mewujudkan manusia Merdeka seutuhnya. Sejahtera lahir batin dan tidak terjajah oleh kepentingan. Pendidikan itu tidak hanya pengajaran tentang kecakapan materi akademisi. Akan tetapi pendidikan juga mengarahkan manusia menjadi selamat dan bahagia lahir dan batin. Mampu hidup mandiri di tengah masyarakat menjadi bagian dari masyarakat yang berkebudayaan dan berperadaban tinggi. 


Dan guru, menurut pemikiran beliau adalah diibaratkan sebagai seorang petani yang handal dalam menanam benih-benih unggul yang bermacam-macam jenisnya. Semua benih memiliki potensi yang beragam. Memiliki keunggulan dan manfaat masing-masing. Tidak bisa disamaratakan bagaimana cara menanam dan merawat tanaman satu dan lainnya. Bagaimana cara menanam dan merawat padi tidak akan mungkin sama dengan bagaimana cara menanam dan merawat tanaman jagung atau lainnya. Semua hasil panen akan ada manfaatnya di tangan petani yang handal dan tulen. 


Beliau juga mengajarkan pembelajaran yang berpusat pada murid bukan berpusat pada guru. Pembelajaran yang menuntun bukan menuntut. Beliau juga memberikan pemahaman bahwa pendidikan yang baik adalah menghamba  pada murid bukan menekan murid. 


Guru berperan sebagai fasilitator menuntun murid menemukan kodrat alam dan kodrat zamannya. Murid berhak mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan zamannya. Dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi.


 Hal ini yang membuat saya semakin sadar bahwa pendidikan yang baik tidak menekankan murid untuk menjadi seperti yang guru mau. Mereka telah memiliki potensi yang seharusnya kita asah untuk menjadi manusia berkarakter profil pelajar Pancasila. 


Tidak seharusnya guru mengatasnamakan kedisiplinan mengekang kebebasan berpikir murid-muridnya. Tidak seharusnya guru menyamaratakan metode pembelajaran dan potensi semua murid. Mereka telah memiliki bakat dan potensi yang berbeda dalam diri mereka. 


Pemikiran besar beliau yang telah lahir puluhan tahun lalu bahkan mungkin seabad telah berlalu ternyata masih sangat relevan sampai dengan saat ini. Pantas saja beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Dan hari lahir beliau menjadi Hari Pendidikan Nasional. 


Semoga pendidikan di Indonesia akan semakin maju. Dan generasi mendatang akan semakin terdidik menjadikan bangsa ini semakin jaya. 


Selamat Hari Pendidikan Nasional!!! Semangat mencerdaskan generasi bangsa untuk bapak ibu guru di seluruh Indonesia. 


Tambun Selatan, 2 Mei 2024

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ari Susanah. Saya tinggal di Kabupaten Bekasi Tambun Selatan desa Sumberjaya. Saya menikah, punya 4 orang anak. Profesi saya adalah guru. Saya telah menerbitk…

Posting Komentar

© Ari Susanah Blog. All rights reserved. Developed by Jago Desain