Postingan

Kisah Seru di Stasiun




 Stasiun Oh Stasiun 


Karya: Ari Susanah


Pernahkah anda mempunyai kisah Yang tak terlupakan di sebuah stasiun? Berikut adalah 3 cerita atau kisah saya yang sangat berkesan membahagiakan, mengundang tawa atau lucu, dan bahkan menyedihkan. 


Stasiun Pintar-pintar Bodoh


Cerita yang pertama saya terjadi pada tahun 2009. Ketika itu seorang tetangga meminta saya untuk ditemani ke bandara Adisucipto. Tetangga saya tersebut belum pernah naik pesawat. Dia ingin pergi ke Kalimantan untuk menemui suaminya. Kami berangkat diantar dengan mobil kakak iparnya. Saya yang beberapa kali pernah naik pesawat diminta untuk menemani dan mengantarnya membeli tiket pesawat. 


Jam pemberangkatan pesawat sekitar pukul 10.00 pagi. Sedangkan ketika itu saya masih kuliah semester 2 di sebuah perguruan tinggi swasta. Dan saya hari itu ada jam perkuliahan pada jam 13.00 siang. Setelah tiba di bandara sekitar pukul 08.00 pagi saya langsung mohon izin untuk kembali ke kampus. Ketika itu saya langsung menuju ke stasiun Maguwo untuk kembali ke stasiun Kutoarjo. Saya berjalan menaiki lift dari bandara Adisucipto ke stasiun Maguwo. Setelah itu saya langsung membeli tiket menuju ke Kutoarjo. Saya ingat harga tiket itu sekitar Rp.17.000,00. 


Saya masuk ke dalam stasiun dan duduk di ruang tunggu yang tepat persis di depan pintu pemberhentian kereta. Tak berapa lama kereta dari arah Barat menuju ke Solo tiba. Semua orang di kanan kiri tempat duduk saya buru-buru dan berlari menuju ke pintu kereta yang terbuka tiba-tiba persis di depan saya duduk. Dan seperti terhipnotis saya tiba-tiba ikut masuk ke dalam pintu kereta tersebut. Padahal kereta itu menuju ke stasiun balapan Solo. Bukan ke arah Kutoarjo, dan bahkan ke arah sebaliknya. 


Melihat orang lain berebut tempat duduk saya pun ikut berebut tempat duduk. Selang waktu beberapa menit tiba-tiba saya berpikir, "loh ini kan ke arah Solo?!".


Saya pun mulai tengok-tengok kanan kiri meskipun tidak terlihat panik. Saya mulai sedikit menyadari kekonyolan saya. Mau tanya tapi sebenarnya saya sudah tahu. Mau diam saja, tapi saya makin bertolak jauh dari tujuan saya. Akhirnya saya pun mulai membuka percakapan dengan seorang gadis yang duduk di sebelah saya. Gadis itu juga terlihat seperti seorang mahasiswa, sama seperti saya.


"Mbak, ini ke arah Solo ya?" Tanyaku basa basi. 

"Iya bener, ini ke arah Stasiun Balapan Solo, emang mbaknya mau kemana?" Jawab gadis itu, dilanjutkan dengan bertanya.


Spontan saya hanya bisa nyengir dan mengernyitkan dahi. Saya langsung menjawab lirih sambil tersenyum kalau sebenarnya saya berniat ke stasiun Kutoarjo. 


"Wah mbaknya salah arah". Katanya terlihat bersimpati pada saya. 


"Yah gitu ya, nggak apa-apa lah kalau begitu saya pengen jalan-jalan saja." Jawab saya menolak untuk dikasihani. 


Dalam hati saya, ada sedikit kesal dan sedikit menertawakan diri sendiri. Kok bisa-bisanya saya begitu bodoh ikut-ikutan berlari ketika orang lain berlari ke arah kereta yang salah. Saya juga agak khawatir kalau uang dalam dompet saya tidak cukup untuk membeli tiket pulang dari arah Solo ke Kutoarjo. Sambil mengobrol dan berbasa-basi dengan gadis di sebelah saya tersebut saya melirik ke dalam dompet. Pura-pura memainkan sudut-sudutnya. Ternyata masih ada uang lembaran 20.000, dan beberapa lembar uang recehan. 


Selang berapa lama kereta pun sampai di Stasiun Solo Balapan. Banyak penumpang yang turun di stasiun tersebut, termasuk saya. Dengan pelan saya menuruni kereta yang berhenti beberapa saat sebelum kembali berjalan. Saya kembali terduduk dan melihat ke arah jam di stasiun tersebut. Ternyata sudah jam 11.35. 


Di stasiun tersebut saya hanya bisa duduk saja dan melihat ke arah sekeliling. Baru pertama kali saya berada di Stasiun Balapan. Sebelumnya saya hanya mendengar nama stasiun itu dari sebuah lagu campursari yang dinyanyikan oleh penyanyi kondang almarhum Didi Kempot. Saya berusaha tidak menyesali keadaan dan tidak menggerutu. Bahkan saya berusaha untuk bersyukur karena baru pertama kali ini saya bisa melakukan perjalanan ke arah Solo seorang diri. Mencoba sedikit santai dan menenangkan diri, saya pun meminum air mineral yang saya bawa biasa buat bekal dari rumah untuk kuliah.


Setelah bisa menenangkan emosi dalam diri saya kembali melihat uang dalam dompet dan tas saya. Saya menuju ke kasir dan melihat tarif tiket kereta ke arah Stasiun Kutoarjo. Ternyata harganya adalah Rp. 27.000. 


Saya kembali ke bangku yang berada di ruang tunggu. Setelah saya cari-cari di semua kantong dalam tas dan baju, akhirnya terkumpul juga uang tersebut. Namun setelah saya hitung, ternyata uang saya hanya berjumlah Rp. 28.500,00. 


Seketika saya merasa bahagia dan sedikit tersenyum kecut. Ada dua alasan mengapa saya bahagia dan sedikit bersedih. Pertama tentu saja karena uang saya cukup untuk kembali ke Stasiun Kutoarjo. Yang kedua uang sisanya hanya Rp.1.500,00. Angkot dari stasiun menuju ke rumah saya. Karena tarif angkot ketika itu adalah Rp. 3.000,00. 


Beruntung saya masih punya pulsa untuk menghubungi kakak saya. Meskipun tidak cukup untuk menelponnya, namun masih cukup untuk mengirimkan SMS. 


Saya meminta kakak saya untuk menjemput di Stasiun Kutoarjo. Tentu saja kakak saya merasa heran. Karena biasanya saya pergi ke kuliah naik motor. Apalagi saya minta dijemput di stasiun. 


Setibanya di Stasiun Kutoarjo saya menunggu jemputan dari kakak saya. Agak lama dan hampir kurang lebih satu jam saya menunggu. Dan akhirnya kakak laki-laki saya pun tiba untuk menjemput saya. Tiba-tiba dia pun langsung memberondong beberapa pertanyaan. 

"Kamu memangnya dari mana?, Motor kamu mana?, Kenapa minta dijemput segala?" 


Saya pun menceritakan kejadian dari awal. Dengan tertawa kakak saya mengatakan kalau saya pintar-pintar tapi bodoh. Sebegitunya orang percaya minta diantar oleh saya, akan tetapi saya malah kesasar sendiri. Itu namanya pintar-pintar tapi bodoh.


Cerita Stasiun yang ke-dua.


Rasa Persaudaraan Tumbuh di Dalam Kereta


Tahun 2010 saya mulai merantau ke Bekasi. Awalnya Setelah saya baru selesai kuliah dan di wisuda, iseng-iseng saya memasukkan lamaran ke sekolah-sekolah di sekitar tempat tinggal kakak saya. Kakak saya tinggal di daerah kabupaten Bekasi Jawa Barat. Tepatnya di kecamatan Tambun Selatan. 


Tak menyangka setelah beberapa bulan saya memasukkan lamaran, dan ketika itu saya sudah berada kembali di kampung halaman saya, kemudian saya mendapatkan panggilan diterima di sebuah sekolah. 

Ketika itu tanggal 16 Juli 2010.



Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ari Susanah. Saya tinggal di Kabupaten Bekasi Tambun Selatan desa Sumberjaya. Saya menikah, punya 4 orang anak. Profesi saya adalah guru. Saya telah menerbitk…

Posting Komentar

© Ari Susanah Blog. All rights reserved. Developed by Jago Desain