Praktik Langsung dengan Canva dan Recycle Things

Praktik Langsung dengan Canva dan Recycle Things

Oleh: Ari Susanah, S.Pd.


        Pemberlakuan PTMT pada minggu ke dua Bulan September tahun lalu membuat saya berpikir dan harus bisa bermanuver untuk mempersiapkan pembelajaran yang menarik.  Sebagai seorang guru, tentu saja saya harus punya trik tertentu dalam menghadapi peserta didik. Apalagi setelah sekian lama Pembelajaran Jarak Jauh diberlakukan dengan memanfaatkan media dalam jaringan atau yang sering kita kenal dengan istilah Daring, tentu saja peserta didik telah dibuat jenuh dan rindu ingin kembali belajar di bangku sekolah secara langsung. Bagaimana tidak, pembelajaran jarak jauh selama kurang lebih dua tahun ajaran lalu memang banyak dikeluhkan oleh banyak pihak. Meskipun tidak sedikit segi positifnya, akan tetapi banyak pula yang tidak merasa puas dengan pembelajaran secara daring ini. Terutama mereka para orang tua wali siswa. Mereka merasa tidak bisa mengawasi putera-puterinya saat belajar online atau daring dengan menggunakan gawai atau hand phone.

Kurikulum darurat Pandemi terpaksa diberlakukan pada masa sekarang ini. Hanya ada dua materi pada setiap semesternya. Itu saja masih banyak dikeluhkan oleh siswa yang masih sulit mengakses internet. Bagi saya yang mengajar mata Pelajaran Bahasa Ingris, Kurikulum Darurat ini saya manfaatkan untuk lebih mengembangkan materi praktek kepada para peserta didik. Apalagi ketika Kemendikbud mulai mensosialisasikan Kurikulum Merdeka Belajar. Saya merasa antusias sekali untuk menerapakannya di sela-sela waktu yang longgar ketika materi pengetahuan atau teori telah selesai disampaikan. Dan juga ketika setelah pengambilan nilai tugas dan ulangan Harian. Saya berusaha mengkombinasikan materi Greeting Cards dengan mempraktekkan cara membuatnya di depan kelas.

Materi Greeting Cards yang sudah saya jelaskan secara meteri, unsur kebahasaan dan juga jenis bentuk dan variasinya kemudian saya praktekan. Awalnya saya membawa benda-benda bekas tak terpakai yang ada di sekitar kita, terutama yang berbahan kertas. Benda tersebut antara lain, Kartu Undangan bekas, kalender bekas, koran dan majalah bekas, kantong plastik warna-warni, sampul bekas bekas, dedaunan kering, dan juga amplop bekas warna coklat. Setelah dimulai pembelajaran dengan berdoa, kemudian menyampaikan apersepsi, saya bertanya kepada mereka, untuk apa saya membawa benda-benda tersebut. Pertanyaan selanjutnya, saya menanyakan tentang keberadaan benda-benda tersebut di lingkungan sekitar mereka, apakah ada, langka, banyak atau sedikit. Banyak dari mereka yang menjawab dengan  antusias dan mengetahui kalau benda-benda tersebut untuk membuat Greeting Cards. Dan mereka juga langsung antusias menjawab pertanyaan kedua, hampir serempak menjawab sama, yaitu dengan jawaban banyak. Yah saya sengaja ingin memancing kreatifitas mereka dalam berkreasi membuat Greeting Cards dengan benda-benda yang tidak perlu membeli. Tak lupa saya juga mencontohkan bagaimana cara membuat dengan contoh-contoh yang sederhana. Selanjutnya mereka dapat berkreasi secara mandiri. Dan kata-kata atau kalimat yang ditulis boleh menyalin dari buku, hanya saja mereka wajib merubah pengirim dan penerimanya. Kemudian di akhir pembelajaran, saya menugaskan mereka untuk dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 siswa. Saya juga menugaskan mereka untuk membawa benda-benda yang tadi telah disebutkan di atas dan dengan catatan tidak boleh membeli. Kecuali peralatan seperti gunting, lem, kancing baju bekas, kertas origami warna-warni dan penggaris, mereka boleh membeli sebagai tambahan hiasan. 

Indikator Pencapaian kompetensi dari pembelajaran praktek ini sudah jelas capaiannya dengan High Order Thinking skill. Di mana siswa secara mandiri dan berkelompok, mampu membuat Greeting Cards dari bahan Recycle atau daur ulang. Bahkan mereka lebih mampu berkereasi dari pada yang telah saya contohkan.

Selain itu, masa pembelajaran tatap muka terbatas ini memberikan manfaat Blended Learning yang menarik dan tidak membosankan. Siswa tidak melulu diberikan tugas seputar menulis dan membaca materi saja, akan tetapi siswa atau peserta didik merasa tertantang untuk berkreasi dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka dan tanpa perlu membeli. Pemanfaatan benda-benda tak terpakai juga erat kaitannya dengan kepedulian lingkungan. Di mana sekolah kami juga merupakan sekolah Adiwiyata yang ramah anak dan ramah lingkungan. Dan manfaat selanjutnya ialah memberikan contoh langsung dengan praktik speaking. Ketika mempresentasikan maju berkelompok, menjelaskan cara membuat, menunjukkan hasil produknya, serta alasan mengapa memilih bahan-bahan tersebut, saya menekankan untuk menyampaikannya dalam Bahasa Inggris. Ini otomatis menekannkan kepada mereka supaya belajar speaking. Selain itu, tampa disadari mereka telah belajar mengenai Procedure Teks.

Setelah mereka berhasil membuat dengan benda nyata dari bahan recycle, saya menugaskan untuk memfoto dan mengupload/ mengunggahnya ke GCR (Google Classroom). Kemudian saya juga menyarankan mereka untuk bisa membuat Greeting Cards dengan aplikasi Canva. Dan tek lupa saya mengawasi peserta didik praktik langsung membuat greeting cards dengan canva dari gadjet mereka. Ternyata mereka menjadi bertambah antusias dan sangat terampil dalam memanfaatkan aplikasi Canva dalam Gawainya.


  

Rangkaian terakhir dari Pembelajaran Pratek ini adalah penilaian Pembelajaran dan evaluasi produk nyata yang sudah mereka buat.

Dan bisa dipastikan bahwa Pembelajarn semacam ini akan lebih hidup, lebih seru dan menantang. Selamat mencoba.

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ari Susanah. Saya tinggal di Kabupaten Bekasi Tambun Selatan desa Sumberjaya. Saya menikah, punya 4 orang anak. Profesi saya adalah guru. Saya telah menerbitk…

3 komentar

  1. Siip dan kreatif Gurunya. Maju terus Bu
  2. Sudah dicoba dan memang sangat menarik.
  3. Inspiratif
© Ari Susanah Blog. All rights reserved. Developed by Jago Desain